Kapan Nikah?
Masih pagi grup teman-teman di
BBM udh rame banget, kirain ada apa sampe notifnya gak berenti bunyi tuing
tuing tanpa jeda, ternyata lg mbahas topik yang begitu sakral hahaha,
me-ni-kah. Yah, seperti biasa temen yg udah nikah nyinggung-nyinggung temen yang
belum menikah, yang disinggung tersudutkan, sedih, kepikiran dan chat berakhir
dengan sendirinya. Menurut saya kondisi seperti ini benar-benar tidak bagus,
tidak sehat. Kenapa tidak sehat? Yaiayalah secara masih pagi, orang-orang baru
mau mulai kerja eh udah di rusak duluan mood nya.
Masalah seputar menikah memang sudah jadi pembahasan yang
tidak asing lagi di kalangan manusia seusia saya dan tmn2 saya (baca:25 ke
atas), setiap orang dengan usia segitu pasti pernah mendapat pertanyaan “Kapan
Nikah?”. Pertanyaan yang sangat fatal akibatnya, bisa membuat orang jadi malas
ke kondangan teman, demi menghindari pertanyaan yang sering keluar dari mulut
orang-orang yang tidak kreatif. Mungkin si penanya lupa bahwa tiap orang
memiliki waktu dan takdirnya masing-masing. Kita tidak tahu kapan akan
meninggal, begitu pula dengan menikah.
Tidak semua orang yang lajang
siap untuk menikah, mengingat tanggung jawab yang akan di emban setelah menikah
lebih besar dan tiap orang juga beda-beda, ada yang tidak siap menikah di usia
muda, ada yang mau mewujudkan impiannya dulu, ada yang sangat berhati-hati pada
pilihannya, ada yang mau mau saja dijodohkan, ada yang kenal 1 minggu bersedia
saja menikah, ada yang harus kenal sedalam-dalamnya dulu, ada juga yang mau
menikah dengan siapa saja urusan cinta soal belakang, ada yang mau menikah
harus dengan yang benar-benar mapan, ada juga yang mau sama-sama berjuang dari
bawah, bahkan ada loh orang yang memang tidak mau menikah. Dalam isyarat Nabi
tentang nikah, ialah sunnah teranjur yang memuliakan. Sebuah jalan suci untuk
karunia sekaligus ujian cinta-syahwati. Maka nikah sebagai ibadah, memerlukan
kesiapan dan persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. Maka
berbahagialah mereka yang ketika hasrat nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan
kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.
Pertanyaan “Kapan Nikah?”
sepertinya saat ini sudah menjadi pertanyaan yang sudah setara dengan
pertanyaan “Apa Kabar?” hahaha padahal tanpa disadari pertanyaan itu adalah
pertanyaan yang sangat sensitif, terutama untuk kaum perempuan yang memang
lebih perasa. Beda dengan laki-laki, ya memang ada juga sih laki-laki yang
baperan dengan pertanyaan itu, tapi bagi sebagian laki-laki pertanyaan semacam
itu justru malah membuat mereka jadi termotivasi. Selain itu laki-laki malah lebih
beruntung, karena semakin ia mapan, maka semakin membuat ia PD dalam mencari
jodohnya. Lain halnya dengan perempuan, perempuan semakin terlihat terlalu
mapan justru laki-laki jadi merasa segan untuk mendekati. Bahkan ada loh teman
saya yang merasa segan PDKT sama perempuan yang dia suka karena dia berpikir
perempuan itu ilmu agamanya sudah sangat tinggi dibanding dia, jadi ya dia
merasa minder gitu hihihi.
Saya tidak pernah bertanya “kapan
nikah?” pada orang, teman-teman saya atau siapapun itu, bukan berarti saya ndak
peduli atau ndak perhatian sama mereka. Bagi saya, itu adalah pertanyaan yang
tidak patut untuk ditanyakan karena sebelum saya bertanya saya sudah tau kalau
orang yang saya tanya ini pasti juga tidak tahu kapan mereka akan menikah, kalaupun
ia akan menikah pasti juga ia akan memberikan kabar tanpa saya harus
bertanya-tanya segala. Lagian saya selalu mengembalikan ke diri saya sendiri
dulu sih kalau mau nanya hal yang sensitif kaya gitu sama orang, kira-kira saya
risih ndak kalau saya ditanya kaya gitu sama orang. Jadi biasanya saya paling
cuma nanya “rencana km kedepannya apa nih?” itu kan lebih luas, yang ditanya
bisa jawab mau lanjut sekolah lagi, atau mau mencari pekerjaan, mau buka usaha,
mau nikmatin hidup dengan travelling, mau fokus bantu keluarga mungkin, nanti
kalau dia duluan bahas tentang menikah baru deh saya berani lanjut karena itu berarti dia
nyaman-nyaman saja membicarakan itu dengan saya.
Sebenarnya sah-sah saja kalau mau
menanyakan hal yang sifatnya sangat personal ke orang lain mungkin karena
perhatian, tapi hati-hati ya karena perhatian & prihatin itu beda tipis,
jadi kita harus pintar mengemas pertanyaan itu biar yang ditanya tidak merasa
diinterogasi atau diintimidasi dan juga harus di waktu dan tempat yang tepat,
nantilah kalau lagi berdua baru ditanya, jangan pas lagi ngumpul rame-rame atau
di grup misalnya hahaha..
Jadi.... yok mari kita saling
menghargai satu sama lain. Bertanyalah dengan tidak menyinggung perasaan orang
lain. Kalau khawatir pertanyaan kita akan membuat orang lain risih, lebih baik
kita urungkan saja niat untuk bertanya dan lebih baik mendoakan saja, itu jauh
lebih mulia. Dan untuk yang ditanya jawablah dengan senang hati, semoga dengan
kesabaran dalam menjawab bisa menjadi jalan untuk mencapai tingkat keimanan
& keikhlasan yang lebih tinggi.
0 komentar: