Kapan Nikah?

0 Comments




Masih pagi grup teman-teman di BBM udh rame banget, kirain ada apa sampe notifnya gak berenti bunyi tuing tuing tanpa jeda, ternyata lg mbahas topik yang begitu sakral hahaha, me-ni-kah. Yah, seperti biasa temen yg udah nikah nyinggung-nyinggung temen yang belum menikah, yang disinggung tersudutkan, sedih, kepikiran dan chat berakhir dengan sendirinya. Menurut saya kondisi seperti ini benar-benar tidak bagus, tidak sehat. Kenapa tidak sehat? Yaiayalah secara masih pagi, orang-orang baru mau mulai kerja eh udah di rusak duluan mood nya.

Masalah seputar menikah memang sudah jadi pembahasan yang tidak asing lagi di kalangan manusia seusia saya dan tmn2 saya (baca:25 ke atas), setiap orang dengan usia segitu pasti pernah mendapat pertanyaan “Kapan Nikah?”. Pertanyaan yang sangat fatal akibatnya, bisa membuat orang jadi malas ke kondangan teman, demi menghindari pertanyaan yang sering keluar dari mulut orang-orang yang tidak kreatif. Mungkin si penanya lupa bahwa tiap orang memiliki waktu dan takdirnya masing-masing. Kita tidak tahu kapan akan meninggal, begitu pula dengan menikah.

Tidak semua orang yang lajang siap untuk menikah, mengingat tanggung jawab yang akan di emban setelah menikah lebih besar dan tiap orang juga beda-beda, ada yang tidak siap menikah di usia muda, ada yang mau mewujudkan impiannya dulu, ada yang sangat berhati-hati pada pilihannya, ada yang mau mau saja dijodohkan, ada yang kenal 1 minggu bersedia saja menikah, ada yang harus kenal sedalam-dalamnya dulu, ada juga yang mau menikah dengan siapa saja urusan cinta soal belakang, ada yang mau menikah harus dengan yang benar-benar mapan, ada juga yang mau sama-sama berjuang dari bawah, bahkan ada loh orang yang memang tidak mau menikah. Dalam isyarat Nabi tentang nikah, ialah sunnah teranjur yang memuliakan. Sebuah jalan suci untuk karunia sekaligus ujian cinta-syahwati. Maka nikah sebagai ibadah, memerlukan kesiapan dan persiapan. Ia tuk yang mampu, bukan sekedar mau. Maka berbahagialah mereka yang ketika hasrat nikah hadir bergolak, sibuk mempersiapkan kemampuan, bukan sekedar memperturutkan kemauan.

Pertanyaan “Kapan Nikah?” sepertinya saat ini sudah menjadi pertanyaan yang sudah setara dengan pertanyaan “Apa Kabar?” hahaha padahal tanpa disadari pertanyaan itu adalah pertanyaan yang sangat sensitif, terutama untuk kaum perempuan yang memang lebih perasa. Beda dengan laki-laki, ya memang ada juga sih laki-laki yang baperan dengan pertanyaan itu, tapi bagi sebagian laki-laki pertanyaan semacam itu justru malah membuat mereka jadi termotivasi. Selain itu laki-laki malah lebih beruntung, karena semakin ia mapan, maka semakin membuat ia PD dalam mencari jodohnya. Lain halnya dengan perempuan, perempuan semakin terlihat terlalu mapan justru laki-laki jadi merasa segan untuk mendekati. Bahkan ada loh teman saya yang merasa segan PDKT sama perempuan yang dia suka karena dia berpikir perempuan itu ilmu agamanya sudah sangat tinggi dibanding dia, jadi ya dia merasa minder gitu hihihi.

Saya tidak pernah bertanya “kapan nikah?” pada orang, teman-teman saya atau siapapun itu, bukan berarti saya ndak peduli atau ndak perhatian sama mereka. Bagi saya, itu adalah pertanyaan yang tidak patut untuk ditanyakan karena sebelum saya bertanya saya sudah tau kalau orang yang saya tanya ini pasti juga tidak tahu kapan mereka akan menikah, kalaupun ia akan menikah pasti juga ia akan memberikan kabar tanpa saya harus bertanya-tanya segala. Lagian saya selalu mengembalikan ke diri saya sendiri dulu sih kalau mau nanya hal yang sensitif kaya gitu sama orang, kira-kira saya risih ndak kalau saya ditanya kaya gitu sama orang. Jadi biasanya saya paling cuma nanya “rencana km kedepannya apa nih?” itu kan lebih luas, yang ditanya bisa jawab mau lanjut sekolah lagi, atau mau mencari pekerjaan, mau buka usaha, mau nikmatin hidup dengan travelling, mau fokus bantu keluarga mungkin, nanti kalau dia duluan bahas tentang menikah baru deh saya  berani lanjut karena itu berarti dia nyaman-nyaman saja membicarakan itu dengan saya.

Sebenarnya sah-sah saja kalau mau menanyakan hal yang sifatnya sangat personal ke orang lain mungkin karena perhatian, tapi hati-hati ya karena perhatian & prihatin itu beda tipis, jadi kita harus pintar mengemas pertanyaan itu biar yang ditanya tidak merasa diinterogasi atau diintimidasi dan juga harus di waktu dan tempat yang tepat, nantilah kalau lagi berdua baru ditanya, jangan pas lagi ngumpul rame-rame atau di grup misalnya hahaha.. 

Jadi.... yok mari kita saling menghargai satu sama lain. Bertanyalah dengan tidak menyinggung perasaan orang lain. Kalau khawatir pertanyaan kita akan membuat orang lain risih, lebih baik kita urungkan saja niat untuk bertanya dan lebih baik mendoakan saja, itu jauh lebih mulia. Dan untuk yang ditanya jawablah dengan senang hati, semoga dengan kesabaran dalam menjawab bisa menjadi jalan untuk mencapai tingkat keimanan & keikhlasan yang lebih tinggi.

 

0 komentar: